ASSALAMUALAIKUM TEMAN-TEMAN KALI INI SAYA BERBAGI
MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Seperti
diketahui; setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu
perubahan sosial. Perubahan sosial pada manusia mempunyai kepentingan yang tak
terbatas. Perubahan akan nampak setelah tatanan dan kehidupan masyarakat yang
lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru.
Perubahan yang terjadi dapat merupakan kemajuan atau mungkin justru kemunduran.
1.2.Rumusan
masalah
a)
Apa sih pengertian dari perubahan sosial tersebut ?
b)
Apa yang menjadi ruang lingkup perubahan sosial?
c)
Apa faktor-faktor penyebab perubahan sosial?
d)
Bagaiman proses perubahan sosial
e)
Bagaimana bentuk-bentuk perubahan sosial?
f)
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Perubahan Sosial
Dalam
perubahan sosial, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya
adalah mengenai nilai social, norma social, pola perilaku, organisasi
sosial, kekuasaan, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Dalam masyarakat
maju atau masyarakat berkembang perubahan sosial berkaitan erat dengan
perkembangan ekonomi (Zindani, 1993).
Perubahan
sosial dikalangan para sosiolog memiliki pengertian yang berbeda. Berbedanya
pengertian perubahan sosial tersebut sebagai konsekuensi dari kekaburan yang
sering dialami ahli sosial di dalam memberikan penjelasan tentang ruang
lingkup, batasan pengertian dan aspek-aspek, terutama dalam perubahan sosial.
Sebagai upaya untuk menghindari kesulitan tersebut, maka paktor utama yang
paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah tentang batas dan pengertian
dari perubahan sosial itu sendiri. Adapun pengertian perubahan sosial menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.
Menurut Wilbert Moore (1967:3)
Perubahan
sosial sebagai perubahan sosial yang terjadi dalam “struktur sosial”, dan
yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku” dan “interaksi
sosial”. Moore memasukkan kedalam definisi perubahan sosial sebagai ekspresi
mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultur.
b.
Menurut Selo Soemardjan (1964)
Soemardjan
berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga
kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara
kelompok masyarakat.
c.
Roucek dan Warren (1984)
Kedua
ahli ini mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam proses
sosial atau dalam struktur sosial.
d.
Soedjono Dirdjosisworo (1985)
Soedjono
merumuskan bahwa definisi perubahan sosial sebagai perubahan fundamental yang
terjadi dalam struktur sosial, system sosial dan organisasi sosial.
e.
Karl Manheim (Lauer, 1993:248)
Karl
menjelaskan mengenai inti dari suatu perubahan. Ia mengungkapkan bahwa:
“
changing community is not determined by a set of unshakable commands, but is
engaged in a permanent search for new norms to exprem ss change experiences.
The content of conscience is accordingly not determined by explicit and rule
but is continuously shaping itself a new”
Jelaslah,
bahwa perubahan masyarakat dalam intinya ialah perbahan norma-norma masyarakat.
Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma baru merupakan inti dari
usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan sendirinya proses
perubahan masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam banyak bidang, sehingga
demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi, yaitu: penampungan kembali
dalam dalam suatu kehidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan
baru masyarakat dimana norma-norma yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan
dari masyarakat yang baru/lebih luas (Susanto, 1965:160).
2.2.
Ruang Lingkup Perubahan Sosial
Ruang
lingkup perubahan sosial meliputi bidang yang sangat luas. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Selo Soemardjan perubahan sosial adalah “segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara
kelompok dalam masyarakat” (Soekanto, 2002).
Perubahan
sosial meliputi berbagai bidang,seperti bidang pendidikan, ekonomi, hokum, dan
teknologi. Sebaliknya, perubahan sosial yang terjadi dapat hanya meliputi
bidang tertentu saja dan terbatas pula kedalamnya. Misalnya perubahan pada
bidang pendidikan yang baru mencapai tarap normal dan nilai belum Sampai pada
tarap perilaku. Perilaku sosial dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok
sosial, kelompok besar, maupun kelompok yang sangat besar. Perubahan sosial
pada bidang tertentu yang akan pada tingkat yang luas, misalnya tentang
timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian.
2.3.
Faktor-Faktor Perubahan Sosial
Perubahan
sosial menghadapkaan manusia pada situasi baru yang mengarahkan pada suatu
bentuk kegiatan yang baru. Terhadap banyak faktor yang terkait dan menyebabkan
perubahan perilaku dan budaya manusia serta struktur didalam masyarakat. Para
sosiolog telah mengidentifikasikan sejumlah faktor utama yang dampaknya sangat
berbeda satu sama lainnya,tergantung pada situassi, waktu dan tempat.setelah
memulai proses analisis yang panjang, para sosiolog sepertinya telah menyaring
beberapa faktor utama pendorongan perubahan sosial. Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi (1964:489) mengatakan bahwa secara umum peneyebab dari
perubahan sosial dibedakan atas dua golongan besar, yaitu: perubahan yang
berasal dari masyarakat itu sendiri, dan perubahan yang berasal dari luar
masyarakat.
1.
Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri
1.
Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan
ilmu pengetahuan melahirkan berbagai pertemuan baru. Penemuan baru, banyak
faktor yang menyebabkan individumencari penemuan baru, beberapa diantaranya
adalah :
1)
Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam masyarakat
2)
Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan
3)
Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam masyarakat.
Pada
saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-citanya pertama
kali yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) secara spekulatif.
Pada priode tersebut, justru mengalami kegagalan dijadikan bahan pertimbangan
atau perbaikan untuk mencapai keberhasilan dimsyarakat berikutnya. Perubahan
yang dilalui tidak menunjukkan adanya suatu peningkatan yang berarti, lingkungan
kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah siklus lingkaran bergerak mendatar dari
titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat dijelaskan bahwa ide-ide
keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik dalam pengertian
penemuan baru, semuanya merupakan faktor pendorong kearah perubahan kehidupan
masyarakat. Dalam apapun penemuan baru itu, senantiasa akan membawa perubahan
bagi kehidupan masyarakat, baik secara cepat (revolusi) maupun lambat
(evolusi), dalam skala perubahan yang kecil, sebagian atau keseluruhan.
1.
Faktor jumlah penduduk
Faktor
penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dapat
mempengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya penduduk suatu daerah,
dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai contoh yang paling releven adalah
program transmingrasi, jika program transmingrasi dijalankan secara ideal
dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi, budaya, politik, agama, dan
keagamaan, sangat mungkin akan terjadi perubahan yang sangat positif. Artinya
pendatang baru yang terampil dan sikap bekerja dilokasi baru, maka besar
kemungkinan tidak saja akan menguntungkan transimingrasi, melainkan jug dapat
mempengaruhi positf pada penduduk asli. Penduduk asli dapat pula bekerja dengan
pola yang menguntungkan sama dengan para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun
akan berubah kerena pencampuran antara berbagai macam pola perilaku sosial dan
budaya,demikian pula dengan ekonomi, politik, agama, dan keaamanan. Bahkan
Rauccek dan Warren (1984) menggambarkan bahwa perubahan sosial lebih berkembang
pada masyarakat heterogen. Dikatakan bahwa masyarakat yang berasal dari
berbagai etnik yang bergaul dengan be3bas dan mendifusikan adat,
pengetahuan,teknologi dan ideologi, biasanya mengalami kadar perubahan pesat.
1.
Faktor pertentangan dan pemberontakan
Pertentangan
(konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik,etnis, dan agama dapat
menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu terhadap
nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan
menimbulkan perubahan bila individu-individu tersebut beralih dari nilai,
norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti selama ini, misalnya, adanya
anggapan umum masyarakat Indonesia, bahwa “makin banyak anak makin banyak
rizki”, setiap anak mempunyai rizkinya,masing-masing,” sehingga tidak
menimbulkan kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami
perubahan, bahwa “makin banyak anak makin besar beban ekonomi”.
Perubahan
sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan pemberontakan di
Indonesia telah menunjukkan buktinya. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan
akibat pertentangan dan pembetontakan selalu berakibat buruk, seperti
terhentinya aktivitas perekonomian, inflasi, timbulnya saling curiga,
kecemasan, dan lain-lainnya.
Pertentangan
antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat
yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan Warren (1984), masyarakat
yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang
satu dengan orang atau kelompok lainnya; individu cenderung mencari jalannya
sendiri-sendiri. Sementara itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin
terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari; jika proses ini memuncak,
maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Pada saat
masyarakat dalam keadaan konflik dapat timbul kekecewaan dan keresahan sosial,
maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah terpengaruh
terhadap hal-hal baru.
1.
Perubahan yang berasl dari luar masyarakat
1.
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor
kebudayaan,dapat menyebabkan terjadinya nperubahan masyarakat. Secara timbal
balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan hubungan
sosial kemasyarakatan. Perubahan sosial masyarakat tidak semata-mata
disesbabkan oleh faktor kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu
sendiri,melainkan dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating
dari masyarakat sekitar (luar). Terdapat kemungkinan perubahan sosial
masyarakat sama sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan masyarakat
sekitar, atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan tersebut
mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu antara lain
:
a)
Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau kebulatan
b)
Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain
c)
Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru sebagai
akibat saling mempengaruhi.
1.
peperanganpat
peperangan
yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai
dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan
pertentangan-pertentangan. Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan oleh
peperangan lebih dahsyat karena peralatan perang biasanya lebih canggih pula.
2.4. Proses
perubahan sosial
Harapan
sebagian, bahkanmungkin keseluruhan masyaraka, terjadi suatu keselarasan dan
keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, akan tetapi kenyataannya
harapan tersebut tidak mudah untuk terwujud. Pada waktu tertentu tatanan
kehidupan masyarakat dapat lebih harmonis,namun pada perkembangannya tidak
jarang terjadi pertentangan atau diseintegrasi. Robeet K. Merton berpendapat
bahwa didalam setiap masyarakat terdapat starin toward anomie. Karena demi
kelangsungan suatu kehidupan masyaraka, makagejala pertentangan dan anomi
diusahakan dengan diimbangi dengan proses integrasi.penyusunan tersebut
dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk menghindari terjadinya kebingungan
(anomi) atau ketidakstabilan masyarakat. Jika kebingungan dan ketidakstabilan
tersebut terjadi pada masyarakat yang terbatas, maka kemungkinan penyesuian
akan lebih mudah. Akn tetapi apabiala terjadi pada masyarakat yang lebih besar
dan luas atau pada masyarakat yang heterogen, maka proses penyesuiannya
relative lebih sulit dapat dicapai, sehingga kemungkinan akan terjadinya
kebingungan dan disentegrasi lebih besar (Merton, 1998).
Astrid
S. Susanto (1977) mengemukakan ada beberapa fase reorganisasi sehubungan dengan
proses penyesuaian nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan masyarakat,
yaitu antara lain :
a)
Mula-mula adanya kegelisahan dan ketidakpuasan pada sebagai penduduk (biasanya
kaum terpelajar).
b)
Terdapat popular-stage atau tersebarnya ide-ide perubahan.
c)
Adanya program perencanaan pembangunan secara sistematis,
d)
Adanya sistematika dalam pelaksanaan perencanaaan (formal stage)
e)
Adanya badan yang menyalurkan stimulasi pembangunan terencana dengan akibat
bahwa pendapat diterima (institution stage)
f)
Kompromipelaksanaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan sepenuhnya, dan
g)
Adanya sosial planning atau sosial organization sebagai hasil research
Lebih
jauh Astrid Susanto (1977) menjelaskan bahwa, melalui proses perubahan sosial
masyarakat dapat dihasilkan tiga alternatifarah perubahan, yaitu :
a)
Perubahan akan bergerak kearah baru dengan landasan pola perilaku dan nilai
lama,
b)
Perubahan akan bergerak meuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan antara
nilai-nilai,
c) Perubahan
dapat bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama sekali baru
2.5.Bentuk-bentuk
perubahan sosial
Perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk,
yaitu perubahn evolusi dan perubahan revolusi, perubahan terencana dan
perubahan tak terencana.
Perubahan
evolusi adalah suatu perubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat
dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat
yang bersangkutan. Perubahan tersebut berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam
rangka nmenyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan
perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Pada saat muncul perilaku sosial
baru dalam masyarakat, maka pertama kali terjadi proses kepercayaan terhadap
manfaat yang mungkin tercapai. Tahap berikutnya masyarakat mulai melihat
realita sosial, jika perubahn tersebut pada umumnya lebih banyak memberikan
manfaat atau berguna dalam rangka usaha memenuhi berbagai aspek kebutuhan
hidupnya, maka secara perlahan masyarakat akan menerima perkembangan masyarakat
yang bersangkutan sebagai suatu kebenaran. Misalnya pada masyarakat yang
homogen dengan pergaulan secar langsung, lambat laun akan menerima sikap-sikap
dan norma-norma sosial baru yang dating menurut pola yang hiterogen. Menurut
prinsip teori yang diuraikan oleh pakar sosiologi, Herbert Spencer, bahwa
kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi. Masyarakat merupakan
hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen sifat dan
susunannya. Perubahan seperti itu tidak pasti arahnya, karena arus perubahannya
menuju pada bentuk kehidupan yang sempurna atau mungkin sebaliknya.
Perubahn
revolusi, dimana perubahan berlangsung sangat cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai
perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Perubahn tersebut dapat terjadi
karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin tidak ada sama
sekali. Perubahn revolusi serring kali diawali oleh
ketengangan-ketengangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan,
ketengangan-ketengangan tersebut sulit untuk dihindari, bahkan banyak yang
tidak bisa dikendalikan, sehingga kemudian ada yang menjelma menjadi tindakan
revolusi.
Perubahan
terencan adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu sebelumnya oleh pihak-pihak yang khendak mengadakan suatu
perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan
dinamakan agen perubahan, yaitu seorang atau sekelompok orang yang mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Perubahan yang terencana, selalu berada dibawah kendali atau
pengawasan dari agen perubahan tersebut. Pelaksanaan rencana perubahan tidak
hanya terbatas pada lembaga-lembaga kemasyarakatan tertentu saja, melainkan
bisa juga diarahkan pada perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lain dan
dalam tubuh masyarakat yang lain pula. Perubahan terencana, paling ideal
dilakukan pada masyarakat yang pada dasarnya telah mempunyai keiginan untuk
mendapatkan perubahan, tetapi tidak mampu mengimpelentasikannya. Dalam situasi
seperti itu, masyarakat akan serta merta dirasakan sesuai dengan khendak dan
harapan mereka kemudia menyesuaikan dengan perencanaan yang sudah ada.
Perubahan terencana, yang didahului oleh pengamatan tentang khendak dan harapan
masyarakat sasaran selanjutnya dapat pula merupakan rencana perubahan
hasil-hasil perubahan sebelum yang tidak menguntungkan pihak masyarakat.
Perubahan
tak terencan adalah perubahan yang berlangsung diluar khendak dan pengawasan
masyarakat. Perubahan yang tidak dikhendaki tersebut biasanya lebih banyak
menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat yang
bersangkutan. Dalam kondisi demikian, anggota m,asyarakat akan sulit diarahkan
untuk melakukan perubahan, sebagai akibat kekecewaan mereka yang mendalami.
Kekecewaan tersebut terjadi sangat mungkin karena pengalaman buruk mereka
terhadap akibat-akibat daripada perubahan yang terjadi sebelumnya yang tidak
membuahkan kesejahteraan dan kepuasan, atau mungkin karena masyarakat masih
mempunyai kepercayaan yang sangat kuat terhadap kesakralan dan keampuhan
lembaga-lembaga sosial atau tradisi-tradisi sosial yang hidup dalam masyarakat
yang bersangkutan.
2.6. Faktor
yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial
1.
Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan.
a)
Kontak dengan kebudayaan lain.
Ralp
Linton (1936) mengatakan, bahwa salah satu proses yang menyangkut kontak dengan
kebudayaan lain adalah difusi. Yang mengartikan difusi sebagai proses
penyebaran unsure-unsur kebudayaan individu keindividu yang lain dari
masyarakat sau kemasyarakat yang lain, sehingga dapat dihimpun
penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Difusi berperan dalam menyebarkan
penemuan baru pada masyarakat luas, sehingga seluruh manusia menikmati
manfaatnya (soekanto,2002: 326). Faktor-faktor yang berpengaruh
difusimasyarakat antara lain, yaitu :
I.
Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut.
II.
Kemampuan untuk mendemostrasikan kemanfaatan penemuan baru tersebut.
III.
Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.
IV.
Ada tidaknya unsure-unsur kebudayaan yang menyaingi unsure-unsur penemuan baru
tersebut.
V.
Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuann baru di dunia ini.
VI.
Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
b)
System pendidikan formal yang maju
Pendidikan
memiliki fungsi utama, antara lain sebagai transpormasi budaya, penamaan
nilai-nilai yang baru, serta membentuk pola fikir ilmiyah dan obyektif. Fungsi
pendidikan tersebut dapat memberikan masyarakat kemampuan untuk menilai apakah
kebudayan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan jaman atau tidak
1)
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
2)
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan merupakan
delik.
3)
Sistem stratifikasi terbuka.
4)
Penduduk yang heterogen.
5)
Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
6)
Nilai bahwa manusia harus senantiasa beriktiar untuk memperbaiki hidupnya
7)
Orentasi kemasa depan.
1.
Faktor-faktor yang maenghalangi terjadinya perubahan.
Soekanto
(2002; 330) menyebutkan, setidaknya ada 8 faktor yang menghalangi terjadinya
perubahan sosial, yaitu :
1)
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2)
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
3)
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
4)
Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
5)
Perasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup
6)
Hambatan-hambatan yang bersikap ideologis
7)
Adat atau kebiasaan
8)
Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya burukdan tidak mungkin diperbaiki.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Jadi,
jelaslah bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dalam intinya ialah perubahan
norma-norma masyarakat. Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma
baru merupakan inti dari usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan
sendirinya proses perubahan masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam banyak
bidang, sehingga demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi yaitu:
penampungan kembali dalam suatu kshidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan
kebutuhan baru masyarakat dimana norma-norma yang lebih cocok ini akan
merupakan ikatan masyarakat yang baru/lebih luas.
3.2.
Saran
Dengan
adanya perubahan sosial, semoga dapat memberikan atau menuntun masyarakat
kedalam hidup yang lebih baik, dan dengan adanya perubahan sosial yang terjadi
dapat merupakan suatu kemajuan bagi masyarakat, jangan sampai membawa
kepada kemunduran,
Demikian contoh makalah sosiologi tentang PERUBAHAN SOSIAL
yang bisa saya share kepada teman-teman kurang lebihnya mohon maaf , dan semoga
bermanfaat, wassalamm..........
LIKE & SHARE
0 Response to "CONTOH MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL"
Posting Komentar